Rabu, 24 Maret 2010

REVOLUSI KOMUNIKASI

REVOLUSI KOMUNIKASI

Sumber-sumber Revolusi

Bagaimana Revolusi Komunikasi akan merubah kehidupan kita, Frances Cairncross mengatakan bahwa sejak tahun 1980 terjadi perubahan besar dengan 3 teknologi komunikasi yang sangat penting dalam informasi diantaranya adalah :
Telepon
Sejak 1980-an dari tiga teknologi telah mengalami dua perubahan besar peningkatan yaitu kapasitas jaringan jarak jauh dan perkembangan mobilitas:
1. Dalam kasus pertama, dari penggunaan serat kaca untuk membawa sinyal-sinyal digital.
2. Dan kedua, dari penurunan curam biaya daya komputasi.
Jaringan telepon telah memiliki kapasitas untuk layanan yang paling berguna yang diantaranya komunikasi jarak jauh dan lintas Atlantik layanan telepon. Tahun 1930-an, J Paul Getty melalui telepon dari hotel Eropa, memilih untuk hidup karena operator switchboard mereka bisa membuat koneksi yang dibutuhkannya. Tetapi tahun 1956, ketika kabel telepon transatlantik pertama online, kapasitas itu hanya delapan puluh sembilan simultan percakapan antara seluruh Eropa dan seluruh Amerika Utara. Walter Wriston, pada 1950-an dan 1960-an: "Ini bisa memakan waktu sehari atau lebih untuk mendapatkan rangkaian.”
Sejak akhir tahun 1980an, kapasitas utama rute jarak jauh telah berkembang begitu cepat. Awal 1996s, ada peningkatan yang sangat besar dan melimpah, hanya 30 sampai 35 persen dari kapasitas yang digunakan. Alasan utama untuk transformasi ini adalah pengembangan kabel serat optik, dari kaca sehingga murni yang selembar tujuh puluh mil akan sejernih kaca jendela. Transatlantik pertama kabel serat optik, dengan kapasitas hampir 40.000 untuk melakukan percakapan, online hanya pada tahun 1988.
Sementara itu, satelit baru, yang membawa lalu lintas telepon pada rute yang kurang populer, yang dijadwalkan akan diluncurkan. Selain itu, technigues baru mulai memungkinkan lebih banyak panggilan untuk perjalanan pada serat yang sama. Pertumbuhan besar-besaran kapasitas ini semakin tercermin dalam tarif. MCI's murah hati Hari Ibu gerakan bebas panggilan jarak jauh pada tahun 1995 dan 1996 Sudah, internasional dan interlokal tarif telah jatuh, mengubah peta mental kita tentang dunia. Tapi biaya membawa telepon ekstra melintasi Atlantik dan banyak rute jarak panjang telah jatuh lebih jauh dan kini mendekati nol.
Pada pertengahan 1997, ancaman banjir telah surut. Alasannya adalah peningkatan permintaan besar yang diciptakan oleh internet, yang membawa pesan dari berbagai macam dengan harga yang mengabaikan jarak. Sementara kapasitas telah meningkat, telepon telah menjadi mobile. Komunikasi selular, yang kembali ke masa ini setelah Perang Dunia II menjadi komersial hanya pada awal tahun 1980.
Sekarang, telepon selular mungkin boleh dibilang yang paling sukses cara baru berkomunikasi yang pernah ada di dunia Mobile telephony saham akan terus meningkat: pada tahun 1996, itu menyumbang 47 persen dari semua subcriptions telepon baru.

Televisi
Pada akhir Perang Dunia Kedua, lebih 8.000 rumah di seluruh dunia memiliki televisi. Pada tahun 1996, jumlah tersebut meningkat menjadi lebih dari 840 juta dolar-dua-pertiga rumah tangga di dunia. Teknologi dasar televisi tidak berubah selama lima puluh tahun itu, tetapi transmisi program telah revolusi-ized oleh perkembangan komunikasi satelit. Tahun 1962 pertama kali Telstar meluncurkan satelit komunikasi, yang telah membuat transmisi global pemakaman Presiden John F. Kennedy.
Tahun 1988, PanAmSat dari swasta pertama internasional satelit komersial merupakan tonggak lain, memotong biaya transmisi materi siaran langsung di seluruh dunia. Tahun 1970-an, lebih dari separuh dari semua berita televisi setidaknya berusia satu hari. Sebagian besar pemirsa televisi di seluruh dunia memiliki akses ke setengah lusin saluran televisi Alasan utamanya adalah murni fisik: sinyal televisi analog pengguna spektrum. Hanya Amerika Serikat dan beberapa negara lain, yang memiliki jaringan televisi kabel-yang kurang bertegangan spectrum.
Menjelang akhir 1980-an, satelit komunikasi mulai siaran langsung ke sebuah rumah-rumah kecil penduduk. Pada pertengahan 1990s perubahan revolusioner lain: lembaga penyiaran televisi mulai mentransmisikan digital, tidak analog, sehingga sinyal dapat ditekan dan, akibatnya, jauh lebih banyak saluran untuk dikirim, baik dari satelit, melalui kabel, atau bahkan di atas udara. Seperti jarak jauh jaringan telepon. Hasilnya akan menjadi revolusi dalam sifat televisi.

Jaringan Komputer
Dari tiga blok bangunan dari revolusi komunikasi, komputer elektronik, telah berkembang paling cepat. Dua perubahan penting telah mengubah gambar ini:
1. Daya komputasi telah tumbuh secara dramatis. Sebagai hasilnya, komputer dapat menjadi miniatur.
2. Komputer semakin terhubung satu sama lain, Internet, pada dasarnya sarana untuk menghubungkan dunia komputer, membuat jelas kekuatan yang spektakuler komputer jaringan tersebut.
TCP / IP adalah inti dari internet. Elektronik ini menyediakan Esperanto: bahasa yang umum dan satu set aturan yang melaluinya komputer di seluruh dunia dapat berbicara satu sama lain. Meskipun penggunaan internet tumbuh pesat di tahun 1980-an dan awal 1990-an, dua kali lipat setiap tahun, dengan transformasi kesuksesan yang populer dari sekitar tahun 1993-1994. Pada saat itu, dunia web yang luas memungkinkan untuk mengakomodasi online grafis, suara dan gambar bergerak, bukan hanya teks, membuat internet lebih fleksibel dan lebih menarik untuk dilihat.Transformasi ini memiliki tiga konsekuensi utama:
1. Mereka sangat meningkatkan daya komputasi dunia.
2. Internet telah muncul, sebagai kerja pertama model "superhighway informasi global"
3. Internet telah melahirkan industri baru yang penuh semangat yang didedikasikan untuk mengembangkan cara-cara untuk menggunakannya dan jasa untuk menjual di atasnya.
Internet ini adalah laboratorium global,yang menyetujui individual sebagai departemen pemasaran dari multinasional dan akademik dalam universitas yang ngetop.

Panduan Trendpotter untuk Komunikasi Baru
Bagaimana The Death of Distance membentuk masa depan? Ada beberapa hal yang penting dalam perkembangannya untuk dilihat :
1. The Death of Distance. Jarak tidak akan lama menentukkan harga dari elektronik komunikasi. Perusahaan-perusahaan akan mengorganisasi tipe-tipe kerja dalam 3 shif menurut 3 zona utama dunia : Amerika, Asia timur/Australia dan Eropa.
2. The Fate of Location. Tidak lama lagi lokasi akan sangat menjadi kunci dalam keputusan bisnis.
3. The Irrelevance of Size. Perusahaan-perusahaan kecil akan berusaha melayani yang hanya berskala besar dan mempunyai jangkauan untuk penyediaan.
4. Improve Connection. Banyak orang di dunia yang akhirnya mengakses jaringan untuk semua pertukaran, interaktif, dan broadband.
5. More Customized Content. Meningkatkan jaringan yang juga akan mengizinkan individu-individu untuk memesan “Satu isi” bahwa konsumen individual akan menerima (atau mengirim) apa yang mereka inginkan untuk menerima (atau mengirim), kapan dan dimana mereka menginginkannya.
6. A Deluge of Information. Karena kapasitas orang untuk menyerap informasi tidak meningkat, mereka memerlukan penyaringan untuk menyaring, memproses dan mengeditnya.
7. Increase Value of Brand. Apa itu panas-Apakah sebuah produk, kepribadian, acara alat-alat olah raga, atau data financial terakhir yang akan menarik pemenang hadiah. Biaya dari produksi atau promosi komoditas ini tidak akan berubah, tapi potensial pasar akan sangat meningkat.
8. Increase Value of Niches. Kekuatan dari komputer untuk pencarian, identitas dan pengklasian orang menurut kebutuhan yang sama dan rasa yang akan menciptakan penompang pasar untuk banyak tempat produk.
9. Communities of Practice. Ikatan-ikatan horizontal menampilkan pekerjaan orang yang sama atau berbicara dengan bahasa yang sama dalam bagian perbedaan yang akan memperkuat dunia.
10. Near-Frictionless Markets. Banyak perusahaan-perusahaan dan para konsumen yang akan mengaksesnya untuk mencermati informasi harga.
11. Increase Mobility. Setiap bentuk dari komunikasi akan tersedia mobile atau penggunan terpencil.
12. More Global Reach, More Local Provision. Ketika perusahaan-perusahaan kecil menemukan jangkauan pasar lebih dahulu disekitar dunia, perusahaan besar akan lebih siap berusaha dengan pelayanan localyang kualitas tinggi.
13. The Loose-Knit corporation. Budaya dan jaringan komunikasi lebih baik dari struktur menejemen yang kaku, akan dipegang oleh perusahaan-perusahaan bersama.
14. More Minnows, More Giants.
15. Manufacturers as Service Provider.
16. The Inversion of Home and Office. Kebanyakan orang bekerja dari rumah atau dari kecil, maksud mendirikan kantor, diantara garis kerja dan kehidupan rumah akan samar.
17. The Proliferation of Ideas. Ide baru dan informasi akan berjalan lebih cepat di sudut terpencil dunia. 3 negara-negara dunia akan mengakses pengetahuan bahwa dunia industri sangat menyenangkan.
18. A New Trust.
19. People as the Ultimate Scarce Resource.
20. The Shift from Government Policing to Self-Policing
21. Loss of Privacy
22. Redistribution of Wages
23. Less Need for Immigration and Emigration
24. A Market for Citizens
25. Rebirth of Cities
26. The Rise of English
27. Communities of Culture
28. Improved Writing and Reading Skills
29. Rebalance of Political Power
30. Global Peace

Revolusi diluar Informasi
Peter F. Drucker dikenal diseluruh dunia akan analisisnya yang tajam tentang tren ekonomi dan memelopori latihan menejemen. Bentuk nyatanya, prawacana asli untuk artikel ini dari catatan The Atlantic Monthly, dia menggunakan sejarah dalam membaca ukuran dari suatu e-commerce “sama sekali perkembangan yang diduga-duga” dan menyorotkan lampu ke masa depan dari pekerja pengetahuan.
Orang yang revolusi benar-benar berpengaruh terhadap revolusi informasi yang hanya mulai dirasakan. Tetapi itu bukanlah “informasi” melainkan bahan bakar dari pengaruh ini. Itu bukanlah “buatan intelegen.” Itu bukanlah efek dari komputer dan pemprosesan data untuk membuat keputusan, membuat kebijakan atau strategi. Ini adalah sesuatu bahwa dengan latihan tidak ada seorang pun yang meramalkan atau sungguh-sungguh, berbicara tentang 10 atau 15 tahun yang lalu : Bahwa e-commerce adalah explosive yang darurat dari internet sebagai mayor., Seluruh dunia mendistribusikan saluran yang bagus untuk pelayanan dan mengerankan untuk pekerjaan menejerial dan professional.Ini adalah perubahan ekonomi, pasar, dan struktur industri; produk dan layanan mereka akan tumbuh;segmentasi konsumen, nilai konsumen, dan perilaku konsumen; Pekerjaan dan pasar tenaga kerja; Tetapi bmungkin berpengaruh besar juga terhadap social, politik, dan semua aspek. Itu seperti teknologi yang lainnya yang tiba-tiba kelihatan, memimpin industri utama baru.
Tentu, disana hanya prediksi. Tetapi mereka membuat asumsi bahwa revolusi informasi akan berkembang sebagai teknologi yang lebih dahulu several “revolusi” yang dikembangkan lebih dari 500 tahun. Sejak revolusi percetakan Gutenberg, sekitar 1455. Dalam asumsi bahwa revolusi informasi akan seperti revolusi industri pada abad 18 dan 19. Dan bagaimana pada waktu itu revolusi informasi menjadi lima belas tahun pertama.
• The RailRoad (Jalan Kereta Api)
• Routinization (Rutinisasi)
• The Meaning of E-Commerce (Makna dari E-Commerce)
• Luther, Machiavelli, And The Salmon

Pemusatan Pandangan Harmonik
Daftar ini, waktu yang tepat untuk sebuah multimedia dari teknologi komunikasi yang baru, yang telah disusun sejak tahun 1999, yang mulai masuk pada tahun 2000, diantaranya adalah :
• 1436 – Johannes Gutenberg – percetakan– German
• 1790 – Parameter – United States
• 1841 – Folsom V. Marsh - ….
• 1844 – Samuel Morse – pesan telegrap – Washington sampai Baltinore
• 1857 – Cyrus W.Field dan John Pender – Kabel Translantik – U.S. – Eropa
• 1876 – Alexander G. Bell – telepon – U.S.
• 1877 – Thomas E. merekam dan bermain “Mary Had a Little Lamb” – silender phonograpi
• 1894 – Marconi – sinyal wireless telegrap
• 1895 – Louis dan Auguste – Film layer – perancis
• 1905 – Jukebox
• 1909 – alamat kategori media literature – Musik – U.S.
• 1931 – Alan B – audio stereo
• 1938 – John L.B – Sinyal warna televise
• 1948 – Record 33 1/3 rpm 12-inch vinyl LP – Columbia
• 1949 – Jay F. – memori magnet computer
• 1951 – Stephan K.- radio portable
• 1952 – Narinder K. – optic fiber – Inggris
• dll

Poin-Poin dari Media Surat Kabar

I. Teknologi
Teknologi pada surat kabar dari cetak hingga ke digitalisasi
• Kelemahan :
1. Media koran membutuhkan bahan baku tetapi bahan baku tersebut terbatas.
2. Keterbatasan pada sistem penyampaian. Dalam hal ini adalah sistem produksi yang lama.
3. Media koran memerlukkan tuntutan untuk membaca.
4. Untuk mendapatkan informasi dari Media koran (Produknya) harus membeli (dibayar).
5. Keterlambatan pada sistem distribusi terkait pada akses untuk mendapatkan koran seperti didaerah-daerah.
• Kelebihan :
1. Media koran dapat disimpan dan tahan lama.
2. Informasi yang disajikan oleh koran lebih detail dan lebih analisa penyajian informasinya.
3. Media koran sangat portable.
4. Media koran selain untuk informasi dapat digunakan untuk fungsi yang lain diantaranya :untuk alas duduk, menutupi wajah dari teriknya matahari, dan sebagai media untuk membungkus sayur-sayuran.

II. Katrakteristik dari Surat Kabar :
Publisitas
Adalah penyebaran kepada publik atau khalayak. Semua aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan umum dan atau menarik untuk umum adalah layak untuk disebarluaskan.
Periodesitas
Menunjukkan pada keteraturan terbitnya. Bisa harian, mingguan atau dwi mingguan.
Universalitas
Menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia. Isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia.
Aktualitas
- Menurut kata asalnya berarti ”kini” dan ”keadaan sebenarnya”
- Kedua istilah tersebut erat kaitannya dengan berita adalah laporan tercepat mengenai fakta-fakta atau opini yang penting.
Terdokumentasikan
Berbagai fakta yang disajikan surat kabar dalam bentuk berita atau artikel.
Komunikator
Dalam proses penyampaian pesan, komunikator dalam menyampaikan pesan tidak terlalu dominan seperti halnya dengan komunikator di media buku tetapi harus melewati beberapa pengolahan pesan oleh gatekeeper (Editor) dalam penyampaian pesan tersebut.
Pesan
Pesan yang disajikan oleh media koran tidak melakukan analisis atau penelitian yang detail yang disebabkan karena aktualitas dari koran tersebut.
Khalayak
Khalayak dari media koran itu sendiri sangat universal, terkait pada publisitas (penyebaran kepada publik atau khalayak) yang sangat massal. Serta semua aktivitas manusia yang menyangkut kepentingan umum dan atau menarik untuk umum disajikan oleh media koran.

III. Kategori Surat Kabar
Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori :
1. Dari ruang lingkupnya, kategorinya adalah
- Surat kabar nasional : Kompas, Suara, Pembaharuan, Media Indonesia, Republika.
- Surat Kabar Regional : Pikiran Rakyat (Jawa Barat), Jawa Pos dan Surabaya Pos (Jawa Timur), Suara Merdeka (Jawa Tengah), Waspada (Sumut), Bali Pos (Bali).
- Surat kabar lokal : Bandung Pos, Pos Kota, Kedaulatan Rakyat.
2. Dari bentuknya : surat kabar biasa dan tabloid
3. Dari bahasa yang digunakan : surat kabar berbahasa Indonesia, Inggris, dan bahasa daerah.

IV. Komparisasi
Kelebihan :
1. Khalayak : Khalayak dari media koran itu sendiri sangat universal dan banyak, terkait pada publisitas (penyebaran kepada publik atau khalayak) yang sangat massal, dan pengaksesan yang mudah untuk mendapatkan media koran (agen koran, penjual koran dipinggir jalan, lembaga-lembaga yang menyediakan koran, Rumah Sakit, dll. Sedangkan bila dibandingkan dengan khalayak media film, buku hanya dapat di akses di toko buku, bioskop, buku atau film net.com.
2. Universalitas : Menunjuk pada kesemestaan isinya, yang beraneka ragam dan dari seluruh dunia. Isi surat kabar meliputi seluruh aspek kehidupan manusia. Sedangkan media lain seperti buku hanya satu atau beberapa aspek kehidupan manusia.
3. Periodesitas : Menunjukkan pada keteraturan terbitnya. Bisa harian, mingguan atau dwi mingguan. Sedangkan buku atau film lebih lama dibandingkan koran.
4. Aktualitas :
- Menurut kata asalnya berarti ”kini” dan ”keadaan sebenarnya”
- Kedua istilah tersebut erat kaitannya dengan berita adalah laporan tercepat mengenai fakta-fakta atau opini yang penting. Sehingga hal ini dapat memicu khalayak untuk terus mengakses media koran dibandingkan media lain seperti buku dan film.

Kelemahan :
1. Pesan : Pesan yang disajikan oleh media koran tidak melakukan analisis atau penelitian yang detail yang disebabkan karena aktualitas dari koran tersebut. Sedangkan buku lebih dapat menyajikan isi yang lebih detail dan analisis.
2. Komunikator :Dalam proses penyampaian pesan, komunikator dalam menyampaikan pesan tidak terlalu dominan seperti halnya dengan komunikator di media buku tetapi harus melewati beberapa pengolahan pesan oleh gatekeeper (Editor) dalam penyampaian pesan tersebut.

V. Implikasi
Teknologi
- Melihat bahan baku dari media koran yang terbatas, sehingga agar bisa survive di era sekarang ini dan untuk mengatasi dari bahan baku tersebut serta untuk menjangkau khalayak, maka media koran pun beralih ke teknologi baru atau ke digitalisasi seperti Kompas.com, MediaIndonesia.com dll.
- Karena tuntutan dari media koran untuk membaca maka koran pun membuat sajian pesan yang lebih interaktif di media baru. Sehingga pembaca dapat langsung mengakses yang dia inginkan.
- Keterbatasan pada sistem penyampaian (produksi) dan keterlambatan pada sistem distribusi maka media koran melakukan sistem percetakan jarak jauh.

Institusi
Media di negara industri justru mulai meninggalkan bentuknya yang sekarang dan menjalani peralihan ke arah dunia pasca industri di bidang informasi. Ketertinggalan satu tahap di belakang negara maju, jika di zaman yang lalu tidak menjadi masalah, tidak begitu dengan sekarang.
Kebutuhan yang didorong oleh arus globalisasi di bidang informasi menipiskan batas-batas sistem pers di masing-masing negara. Di bidang pers, revolusi komunikasi menghadirkan sistem cetak jarak jauh dan media massa internet. Akibat yang ditimbulkan fenomena komunikasi tersebut, antara lain adalah meningkatnya kecepatan arus dan volume pemberitaan di dalam masyarakat.
Media internet dapat menggabungkan kelebihan media cetak (ketahanan onformasi) dan elektronik (kecepatan menyampaikan isi berita dan penyajian yang terinci) sekaligus walau dalam skala yang sangat kecil dibanding media aslinya. Mengikuti tantangan zaman itulah, kemudian hadir pula versi online beberapa suratkabar seperti Media Indonesia, Kompas, Republika, Bisnis Indonesia, Sinar Harapan dll.
Beberapa catatan penting trend perkembangan industri suratkabar di Indonesia:
- Era reformasi dan meningkatnya kriminalitas, membuat hadirnya suratkabar-suratkabar baru berbau politik dan kriminal
- Sistem cetak jarak jauh juga yang sudah digunakan
- Hadirnya edisi internet untuk suratkabar, membuat kita bisa memilih berita sesuai dengan keinginan, lebih personal
- Secara ekonomis, hadir konglomerat media, seperti Kompas Grup, Jawa Pos Grup, Pos Kota Grup.
- Tumbuhnya suratkabar komunitas (community newspaper) menyusul diberlakukannya otonomi daerah. Sebut saja Purwokerto yang memiliki Sudirman Pos, Bogor yang mempunyai Bogor Pos dan Radar Bogor, Brebes dengan Brebes Pos dan sebagainya. Ada pula koran yang berisfta iklan, seperti Bandung Advertiser dll.

TEKNOLOGI, KOMUNIKASI, DAN KAPITAL (Refleksi Atas Perkembangan Industri Media di Indonesia)

I. Teknologi bersifat netral dan apolitis??
Apakah ada teknologi yang bersifat netral dan apolitis? Menurut Ignatius H bahwa teknologi tidak ada yang bersifat netral dan apolitis karena setiap pilihan atas teknologi tertentu yang hendak dikembangkan dalam masyarakat, semua adalah pilihan-pilihan politis. Pada karya John Street, Politics & Technology (1992) bahwa problem antara teknologi dan politik (serta juga komunikasi), sangatlah dekat. Hubungan antara teknologi dan politik ini bisa digambarkan bahwa perubahan teknologi akan bisa memberikan dampak dramatis terhadap bagaimana politik dan komunikasi dilaksanakan, terutama terhadap isu-isu menjadi agenda politik (serta komunikasi) dan juga berbagai kepentingan yang bermain dalam arena politik (dan komunikasi).
Banyak teknologi dikembangkan dan diciptakan awalnya oleh dunia militer sebelum kemudian diambil alih oleh dunia industry dan menjadi komoditas utama yang dikonsumsi masyarakat saat ini. Kekuasaan militer jugalah yang menjadi penyebab perkembangan awal Dalam sejarah ilmu komunikasi di Amerika. Sejumlah teoritisi komunikasi Amerika, adalah mereka-mereka yang bekerja untuk aneka instansi pertahanan Amerika pada masa Perang Dunia II dan masa Perang DIngin decade 1960-an.

II. Era Konvergensi
Sekarang ini, kita hidup dalam era konvergensi media dengan segala keributan. Dengan singkat Jenkis menyebutkan, era konvergensi media ini adalah era dimana “berita-berita penting disebarkan, produk-produk unggulan dipasarkan, dan para konsumen dilayani lewat aneka channel media”. Maka kita akan berbicara tentang audiens media, sifat interaktif menjadi makin menonjol dan mensyaratkan orang untuk mau aktif mencari apa yang ia butuhkan, dan mencari akses dari aneka jenis media yang tersedia. Ini ada pergeseran budaya untuk konsumen media yang membuat mereka tidak lagi pasif dan menunggu saja apa yang dapat pada dirinya. Audiens kini harus menjadi lebih aktif.
Sebenarnya kondisi ini bukanlah suatu hegemoni total, tetapi masih ada ruang tersedia untuk terjadinya suatu yang diistilahkan oleh Thussu sebagai “global media flow versus contra flow”, yaitu arus balik informasi atau produk industry media lain yang datang tak semata-mata dari pusat-pusat kegiatan ekonomi dunia, tetapi juga datang dari Negara-negara dunia ketiga, atau Negara-negara industry baru yang mulai menancapkan pengaruhnya dalam kancah dunia global. Artinya masih ada perlawanan yang bisa dilakukan atas dunia yang terhegemoni ini. Bearti masih ada ruang untuk melakukan kreasi atau bahkan secara subversive melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi dari tujuan dasar terciptanya teknologi tersebut.
Kita melihat betapa industry telekomunikasi berkembang dengan pesat, sementara industry media pun berkembang dengan demikian pesat. Konvergensi disini menjadi kata kuncinya. Namun disisi lain inilah situasi yang disebut sebagai industry media yang terkonsentrasi ditangan sejumlah kecil pemilik (grup besar seperti Jawa Pos Group, Kompas Gramedia Group, MNC, dan beberapa lain).

III. Content Industri Media
Content dari industri media saat ini, baik yang berbasiskan informasi ataupun hiburan (termasuk infotainment tentang kehidupan para artis) adalah tulang punggung dari industri ini. Industri media sekarang makin terintegrasi antara media cetak, media televisi, media cyber, industri musik rekaman, industri film, dan juga industri buku. Apa isi dari siaran televisi kita? Sinetron mengharabiru yang berpanjang-panjang, dengan cerita yang sering tak logis, terlalu lebay. Belum lagi dengan infotainment, reality show yang dibuat-buat, tayangan investigasi yang pakai skrip, dan aneka isi lainnya.
Perkembangan teknologi yang ada utamanya dikuasai oleh para pemodal, karena teknologi yang advance mahal harganya, dan untuk itu jenis teknologi tertentu melakukan seleksi untuk memilikinya, mengaksesnya dan mengembangkannya. Untuk bisa mengembalikan modal atas teknologi maka diperlukan banyak cara untuk menarik pemasukkan : dari sisi penjualan, sisi periklanan, atau cara lain yang bisa membuat biaya bisa seimbang. Oleh karena itu, kunci untuk produksi acara ditelevisi madalah bagaimana membuat tayangan dengan biaya rendah, namun menghasilkan iklan yang tinggi. Hasilnya apa? Infotainmentpara artis, reality show, games-games, talkshow, dan aneka tayangan berbayar. Utamanya industri televisis adalah industri hiburan, industri pertunjukkan (show business) Blood, tears, and sex adalah rumusnya yang gampang untuk menghasilkan tayangan televisi.

IV. New Media
Kekuatan dari sebuah media komunikasi naru yaitu, situs jejaring sosial yang ternyata bisa mewujud menjadi suatu kekuatan masyarakat luas (people power), utamanya dalam dua kasus besar : dukungan atas pembebasan 2 anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan sumbangan berbentuk koin kepada Prita Mulyasari yang dihasilkan via Facebook ataupun Twitter. Inilah peran teknologi informasi yang didalamnya menyi mpan aneka potensi. Namun momen teknologi disini telah ”dibenargunakan” untuk kepentingan perhatian masyarakat atas isu-isu keadilan yang menyentuh kepentingan publik.
Inilah contra-flow sebagaimana dirujuk dari pengerti Thussu di atas, bahwa teknologi yang dipergunakan untuk kepentingan diluar maksud awal si penciptanya. Dan teknologi macam begini bisa sangat subversif, atau kita membutuhkan para innovator lain yang menghasilkan teknologi-teknologi murah, tetap guna untuk kepentingan masyarakat.

V. Kesimpulan
Dalam berbicara komunikasi kita kembali diingatkan pada esensi manusia berkomunikasi, yaitu membina hubungan antara satu orang dengan orang lain. Atau berkomunikasi secara sosial ini ditujukan untuk semakin memuliakan manusia. Komersialisasi secara komunikasi sosial, perkembangan teknologi, tetap harus diwaspadaidan dilihat dengan cermat. Teknologi tertentu berguna untuk manusia, tetapi jika teknologi sudah tercampur dengan kepentingan kapital maka kita melihat manipulasi-manipulasi yang dilakukan.
ANALISIS PERSENTASE PENAYANGAN IKLAN & ISI ACARA DI MEDIA MASSA SECARA REALITANYA DENGAN MENINJAU UU RI TENTANG PENYIARAN SIARAN IKLAN
Oleh Dian Febriani



I.Undang-Undang RI Tentang Penyiaran

UNDANG - UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 24 TAHUN 1997
TENTANG
PENYIARAN


BAB II
DASAR, ASAS, TUJUAN, DAN ARAH
Bagian Keempat
Lembaga Penyiaran Swasta


Pasal 15
1. Sumber pembiayaan lembaga penyiaran swasta diperoleh dari siaran iklan niaga
dan usaha-usaha lain yang terkait dengan penyelenggaraan penyiaran.

BAB IV
PELAKSANAAN SIARAN
Bagian Kesepuluh
Siaran Iklan


Pasal 41
Siaran iklan terdiri dari siaran iklan niaga dan siaran iklan layanan masyarakat.

Pasal 42
5. Siaran iklan niaga dilarang melebihi persentase waktu siaran iklan niaga yang
ditetapkan, dan dilarang disisipkan pada acara siaran sentral, sebagaimana di
maksud dalam Pasal 35 ayat (2), dan pada acara siaran agama.

Pasal 43
Siaran iklan layanan masyarakat wajib diberi porsi sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari waktu siaran iklan niaga di Lembaga Penyiaran Swasta, dan sekurangkurangnya 20 (dua puluh) menit dalam sehari bagi Lembaga Penyiaran Pemerintah yang disiarkan tersebar sepanjang waktu siaran.

Pasal 44
Ketentuan lebih lanjut mengenai siaran iklan diatur dengan Peraturan Pemerintah.


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 32 TAHUN 2002
TENTANG
PENYIARAN


BAB III
PENYELENGGARAAN PENYIARAN
Bagian Kedelapan
Siaran Iklan


Pasal 46
1. Siaran iklan terdiri atas siaran iklan niaga dan siaran iklan layanan masyarakat.
8. Waktu siaran iklan niaga untuk Lembaga Penyiaran Swasta paling banyak 20%
(dua puluh per seratus), sedangkan untuk Lembaga Penyiaran Publik paling banyak 15% (lima belas per seratus) dari seluruh waktu siaran.
9. Waktu siaran iklan layanan masyarakat untuk Lembaga Penyiaran Swasta paling
sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari siaran iklan niaga, sedangkan untuk
Lembaga Penyiaran Publik paling sedikit 30% (tiga puluh per seratus) dari siaran


II. Analisis Persentase Penayangan Iklan & Isi Acara Di Media Massa

Judul Program : BCL (Bayu Cinta Luna) Stasiun TV : SCTV
Jenis Program : Sinetron Jam Tayang P : 20.00 wib
Hari/Tgl : Senin, 21 Desember 2009

NO SEGMEN ISI ACARA DURASI JUMLAH IKLAN DURASI KETERANGAN
1. I 12 Menit 23 Produk 7 Menit
2. II 10 Menit 26 Produk 7 Menit
3. III 8 Menit 24 Produk 7 Menit
4. IV 6 Menit 26 Produk 8 Menit
5. V 7 Menit 26 Produk 8 Menit
6. VI 5 Menit - -
TOTAL = 48 Menit TOTAL = 37 Menit



Analisisnya :
- Pada Sinetron ini ditayangkan setiap hari (senin-minggu) jam 20.00 wib tetapi pada realitanya ditayangkan pada jam 21.00 wib
- Durasi isi acara (dari 6 segmen yang ditayangkan) berdurasi selama 48 Menit dengan durasi iklan selama 1 program acara ini selama 37 menit
- Dan Pengisian jumlah iklan per segmen pada program ini, paling sedikit sebanyak 23 produk dan paling besar sebanyak 26 produk.Rata-rata sebesar 26 produk.
- Acara program ini dimulai dari jam 21.03 sampai dengan 22.27 wib berarti selama 01. 29 wib


Judul Program : Kesetiaan Cinta Stasiun TV : SCTV
Jenis Program : Sinetron Waktu Tayang P : 21.30
Hari/Tgl : Senin, 21 Desember 2009

NO SEGMEN ISI ACARA DURASI JUMLAH IKLAN DURASI KETERANGAN
1. I 8 Menit 17 Produk 5 Menit
2. II 8 Menit 17 Produk 6 Menit
3. III 8 Menit 17 Produk 6 Menit
4. IV 11 Menit 17 Produk 5 Menit
5. V 7 Menit 16 Produk 4 Menit
6. VI 6 Menit - -
TOTAL = 48 Menit TOTAL = 26 Menit


Analisisnya :
- Pada Sinetron ini ditayangkan setiap hari (senin-minggu) jam 21.30 wib tetapi pada realitanya ditayangkan pada jam 22.30 wib
- Durasi isi acara (dari 6 segmen yang ditayangkan) berdurasi selama 48 Menit dengan durasi iklan selama 1 program acara ini selama 26 menit
- Dan Pengisian jumlah iklan per segmen pada program ini, paling sedikit sebanyak 16 produk dan paling besar sebanyak 17 produk.Rata-rata sebesar 17 produk.
- Acara program ini dimulai dari jam 22.30 sampai dengan 23.46 wib berarti selama 01. 14 wib


III. Kesimpulan
Bahwa jika dikomparisasi atau dibandingkan dengan Undang-undang Republik Indonesia tentang penyiaran nomor 24 tahun 1997 dan nomor 32 tahun 2002 dengan realitas persentase penayangan isi program acara dan siaran iklan yang ditayangkan oleh media massa, dalam hal ini adalah media massa elektronik yaitu Stasiun Televisi dapat dilihat diatas bahwa dalam Undang-undang tersebut yang diberlakukan pada BAB IV Pelaksanaan Siaran bagian Kesepuluh tentang Siaran Iklan pada pasal 42 dan 43 dikatakan ”Siaran iklan niaga dilarang melebihi persentase waktu siaran iklan niaga yang ditetapkan, dan dilarang disisipkan pada acara siaran sentral, sebagaimana di maksud dalam Pasal 35 ayat (2), dan pada acara siaran agama.dan Siaran iklan layanan masyarakat wajib diberi porsi sekurang-kurangnya 10% (sepuluh persen) dari waktu siaran iklan niaga di Lembaga Penyiaran Swasta, dan sekurangkurangnya 20 (dua puluh) menit dalam sehari bagi Lembaga Penyiaran Pemerintah yang disiarkan tersebar sepanjang waktu siaran.(UU RI Penyiaran Nomor 24 Tahun 1997) Dan menurut Undang-undang RI Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran pasal 46 ayat 8 dan 9 adalah waktu siaran iklan niaga untuk Lembaga Penyiaran Swasta paling banyak 20% (dua puluh per seratus), sedangkan untuk Lembaga Penyiaran Publik paling banyak 15% (lima belas per seratus) dari seluruh waktu siaran.dan waktu siaran iklan layanan masyarakat untuk Lembaga Penyiaran Swasta paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) dari siaran iklan niaga, sedangkan untuk Lembaga Penyiaran Publik paling sedikit 30% (tiga puluh per seratus) dari siaran. Sedangkan jika dilihat serta dianalisis bahwa realita persentase penayangan isi program acara dan siaran iklan menyalahi aturan UU RI tentang penyiaran yang diberlakukan.

Analisis Pemberitaan Media Terhadap Kasus Terorisme & Korupsi Dalam Teori Komas

Pemberitaan yang dilakukan oleh media massa menyangkut tentang berita terorisme dan korupsi merupakan sebuah pemberitaan yang sarat akan muatan-muatan yang berbau politik, kekerasan, kekuasaan, dan materi berupa uang. Hal ini tentunya mengundang perhatian dari publik, dimana secara tidak langsung suatu kegiatan terorisme dan korupsi pasti menyangkut tentang keselamatan,keamanan, dan kesejahteraan orang banyak (khalayak). Menanggapi hal ini media tentunya bisa membaca situasi tentang apa yang khalayak ingin ketahui. Keterkaitan antara Media dengan terorisme dan korupsi sarat akan aspek bisnis, dimana melalui pemberitaanya tentang masalah terorisme dan korupsi di media akan mendapat perhatian utama dari khalayak karena menyangkut hal tadi tentang keselamatan, keamanan dan kesejahteraan khalayak. Khalayak pun berupaya keras untuk bisa mengakses media tersebut agar mendapatkan informasi yang mereka cari. Jika sudah begitu faktanya, maka jelaslah keuntungan bisnis akan berpihak pada media yang mendapatkan akses yang banyak dari khalayak. Dan keuntungan publikasi akan diperoleh, yang bertujuan menyampaikan pesan politik kepada pemegang kekuasaan.

Hal ini pun dapat kita tinjau dari salah satu teori Komunikasi Massa yaitu tentang Model Agenda setting. Model ini untuk pertama kali ditampilkan oleh M.E Mc. Combs dan D.L Shaw dalam “Public Opinion Quarterly” terbitan tahun 1972 yang berjudul “The Agenda-Setting Funcition of Mass Media”. Kedua pakar tersebut mengatakan bahwa “jika media memberikan tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting”. Tatkala mengadakan studi terhadap pemilihan Presiden Amerika Serikat pada tahun 1968 ditemukan korelasi yang tinggi antara penekanan berita dan bagaimana berita itu dinilai tingkatannya oleh para pemilih. Disimpulkan bahwa meningkatnya nilai penting suatu topik pada media massa menyebabkan meningkatnya nilai penting topik tersebut pada khalayak. Studi selanjutnya yang dilakukan McComb dan Shaw menunjukkan bahwa meski surat kabar dan televisi sama-sama mempengaruhi agenda politik pada khalayak, ternyata surat kabar pada umumnya lebih efektif dalam menata agenda ketimbang televisi.

Tetapi David H. Heaver dalam karyanya yang berjudul “Media Agenda Setting and Media Manipulation” pada tahun 1981 mengatakan bahwa pers sebagai media komunikasi massa tidak merefleksikan kenyataan, melainkan menyaring dan membentuknya seperti sebuah kaleidioskop yang menyaring dan membentuk cahaya (the press does not reflect reality, but rather filters and shapes it, much as a caleidoscope filters and shapes it). Contohnya dalam gerakan kampanye, berita surat kabar dan televisi tidak hanya sekedar merefleksikan hal-hal, peristiwa-peristiwa dan argumen-argumen yang dikampanyekan, melainkan menyeleksi dan membentuknya menjadi bernilai berita. Dalam hal itu, calon dalam pemilihan umum beserta kualitas citranya dalam pemberitaan diberi penekanan sehingga lebih menonjol bagi para pemilih ketimbang mereka yang tidak diberi penekanan.

Mengenai agenda setting itu, Alexis S Tan selanjutnya menyimpulkan bahwa media massa mempengaruhi kognisi politik dalam dua cara :
1. Media secara efektif mengkonfirmasikan peristiwa politik kepada khalayak.
2. Media mempengaruhi persepsi khalayak mengenai pentingnya masalah politik.

Sementara itu Manhein dalam pemikirannya tentang konseptualitas agenda yang potensial untuk memahami proses agenda setting menyatakan bahwa agenda setting meliputi tiga agenda yaitu, agenda media, agenda khalayak, dan agenda kebijaksanaan. Masing-masing agenda itu mencakup dimensi-dimensi sebagai berikut :
• Untuk agenda media, dimensi-dimensi :
1. Visibility (Jumlah dan tingkat menonjol bagi khalayak)
2. Audience salience (tingkat menonjol bagi khalayak) (relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak).
3. Valence (Valensi) (menyenangkan atau tidaknya cara pemberitaan bagi suatu peristiwa).

• Untuk agenda khalayak, dimensi-dimensi :
1. Familirity (keakraban) (derajat kesadaran khalayak akan topik tertentu).
2. Personal salience (penonjolan pribadi) (relevansi kepentingan dengan ciri pribadi).
3. Favorability (kesenangan) (pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita).

• Untuk agenda kebijaksanaan, dimensi-dimensi :
1. Support (dukungan) (kegiatan bagi posisi suatu berita tertentu).
2. Likelihood of action (kemungkinan kegiatan) (kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan).
3. Freedom of action (kebebasan bertindak) (nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah).

Konseptualisasi Manheim tersebut mendukung perkembangan teori agenda setting secara menyeluruh (Servin dan Tankard, Jr. 1922 : 226).
Dari uraian mengenai kajian teori agenda setting tersebut maka media secara otomatis mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemilihan jenis berita yang akan disebarkan melalui tiap-tiap pemberitaannya. Tentu media harus jeli melihat kebutuhan informasi yang sedang menjadi perhatian ditengah-tengah masyarakat. Salah satu agenda dari teori Agenda setting menyatakan bahwa agenda media berorientasi pada agenda khalayak yang berarti bahwa media harus bisa memenuhi informasi apa yang pada saat ini sedang menjadi konsumsi khalayak.

Dalam kaitannya dengan masalah pemberitaan, terorisme dan korupsi merupakan sebuah sajian berita yang memiliki nilai berita yang sangat tinggi. Aktualitas mengenai peristiwa terorisme dan korupsi merupakan sebuah pemberitaan yang sangat dibutuhkan oleh khalayak. Hal ini membuat media-media yang berorientasi bisnis pasti memanfaatkan peluang untuk meraup keuntungan dengan cara membaca agenda khalayak. Terorisme misalnya, merupakan suatu peristiwa besar yang erat kaitannya dengan kepentingan khalayak. Sebuah kegiatan terorisme bisa memberikan pengaruh secara global yang berdampak keberbagai aspek kehidupan orang banyak. Kehadiran kegiatan terorisme memerlukan publikasi melalui media. Keberhasilan sebuah kegiatan terorisme secara tidak langsung juga dipengaruhi oleh pemberitaan yang dilakukan oleh media, yang bisa diartikan bahwa terorisme membutuhkan dan melibatkan media. Hal ini dimungkinkan karena tujuan utama dari kegiatan terorisme adalah usaha untuk menyampaikan pesan kepada pemegang kekuasaan. Dalam pesan yang disampaikan tersebut sangat erat kaitannya dengan unsur-unsur politis dan kekerasan dan berhasil atau tidaknya penyampaian pesan tersebut sangat dipengaruhi oleh kinerja media sebagai sarana dan fasilitator untuk publikasi.

Di sisi lain, setidaknya ada beberapa alasan mengapa media “ikut memanfaatkan” peristiwa terorisme dan korupsi :
1. Kejahatan selalu merupakan good news bila perhatian utamanya hanya menjual koran atau program televisi.
2. Terorisme dan Korupsi merupakan sebuah sajian berita yang memiliki nilai berita yang sangat tinggi.
3. Media membawa banyak cerita dengan kandungan kekerasan,politik, dan kekuasaan karena merasa publik memintanya agar tahu persis tentang aspek-aspek kehidupan yang mengecam mereka.
4. Kehidupan khalayak yang “membosankan” karena disiksa rutinitas tidur, berangkat, dan bekerja, membutuhkan berita-berita kekerasan dan seks sebagai thrill (gairah, getaran).
5. Kadangkala ada kelompok orang yang menyatakan simpati pada tujuan para teroris dan koruptor, dan media mengeksposnya karena menganggapnya unik atau demi covering both sides.

Persoalannya kemudian adalah bila terjadi peningkatan liputan yang dilakukan media massa terhadap aktivitas terorisme, apakah itu berarti sejalan dengan meningkatnya aktivitas terorisme di masyarakat atau sekedar meningkatnya pelaporan (reportase) terhadap aktivitas terorisme?. Pada tataran ini keterlibatan media massa dalam masalah kekerasan, kekuasaan, dan politik. Dalam fungsi utamanya sebagai penyaji informasi, media massa bertindak cepat dan berusaha sempurna memberitakannya. Frekuensi serta intensitas media massa tertentu terhadap tindak kekerasan dengan sendirinya juga berbeda-beda. Sangat bergantung pada kecekatan dan kepekaan wartawan, orientasi media massa dan bidang yang digelutinya, serta pengaturan sebuah sistem media massa terhadap aktivitas mass media enterprises-nya kepada publik.

Begitu pula bila media massa menjalankan fungsinya yang lain. Dari sisi fungsi persuasi, misalnya, pemberitaan media massa secara tidak langsung memberi guide pada pembaca untuk bersikap terhadap suatu tindak kekerasan atau yang lainnya. Kecenderungan isi pemberitaan media massa diyakini memiliki kekuatan tertentu dalam membentuk kecenderungan pikiran seseorang, dan lebih jauh lagi kecenderungan tindakan orang. Artinya, sebuah aksi kekerasan akan cenderung mendapatkan pembenaran atau reaksi sebaliknya, bila isi media massa merefleksikan dua arah itu.

Dalam kaitannya dengan masalah pemberitaan tentang terorisme dan korupsi, secara langsung maupun tidak langsung maka dapat dikatakan bahwa media juga membutuhkan berita yang dapat terus dikonsumsi oleh khalayak, sehingga memberikan keuntungan bagi perkembangan media tersebut. Jika kita berbicara tentang hal tersebut maka erat kaitannya dengan aspek-aspek bisnis yang melekat pada media itu sendiri. Seperti yang kita ketahui bahwa media memerlukan biaya yang tidak sedikit dalam menjalankan fungsinya, baik itu biaya operasional, perawatan alat-alat dan bangunan, gaji karyawan, sampai pada infrastruktur dan fasilitas pendukung lainnya.
Keterkaitan antara Media dengan terorisme dan korupsi sarat akan aspek bisnis, dimana melalui pemberitaanya tentang masalah terorisme dan korupsi di media akan mendapat perhatian utama dari khalayak. Khalayak pun berupaya keras untuk bisa mengakses media tersebut agar mendapatkan informasi yang mereka cari. Jika sudah begitu faktanya, maka jelaslah keuntungan bisnis akan berpihak pada media yang mendapatkan akses yang banyak dari khalayak. Dan keuntungan publikasi akan diperoleh, yang bertujuan menyampaikan pesan politik kepada pemegang kekuasaan.




DAFTAR PUSTAKA
M.E Mc. Combs dan D.L Shaw. 1972. Public Opinion Quarterly-The Agenda-Setting Funcition of Mass Media.
David H. Heaver. 1981. Media Agenda Setting and Media Manipulation.

ATTRIBUTION THEORY

I.PRINSIP-PRINSIP DASAR
Meskipun terdapat berbagai pendekatan berlainan terhadap proses atribusi, pendekatan-pendekatan tersebut berhenti pada serangkaian prinsip dasar umum yang diacu sebagai teori atribusi (Attribution Theory). Semuanya ini berkenaan dengan seluruh proses pembuatan atribusi sebab-akibat : yakni apa yang memotivasikan orang untuk memberikan penjelasan mengenai sebab-akibat, bagaimana mereka mereka menentukkan penyebab mana yang paling penting, dan berbagai distrosi dalam proses atribusi yang mencegah orang untuk sampai kepada penjelasan sebab-akibat yang akurat. Marilah kita mulai dengan mempertimbangkan yang paling mendasar diantara berbagai prinsip atribusi ini.

1.1. Bermula Psikologi Naif dari Heider (Pembuat Teori Atribusi)
Pembuatan teori tentang atribusi dimulai Fritz eider (1946 – 1958), seorang psikolog bangsa Jerman mengatakan bahwa kita cenderung mengorganisasikan sikap kita, sehingga tidak menimbulkan konflk. Contohnya, jika kita setuju pada hak seseorang untuk melakukan aborsi, seperti juga orang-orang lain, maka sikap kita tersebut konsisten atau seimbang (balance). Namun jika kita setuju aborsi tetapi ternyata teman-teman dekat kita dan juga orang-orang di sekeliling kita tidak setuju pada aborsi maka kita dalam kondisi tidak seimbang atau (imbalance). Akibatnya kita merasa tertekan (stress), kurang nyaman, dan kemudian kita akan mencoba mengubah sikap kita, menyesuaikan dengan orang-orang di sekitar kita, misalnya dengan bersikap bahwa kita sekarang tidak sepenuhnya setuju pada aborsi. Melalui pengubahan sikap tersebut, kita menjadi lebih nyaman. Intinya sikap kita senantiasa kita sesuaikan dengan sikap orang lain agar terjadi keseimbangan karena dalam situasi itu, kita menjadi lebih nyaman.
Ia merasa tertarik akan cara orang menggambarkan dalam angan-angan apa yang mengakibatkan sesuatu dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana lazimnya tradisi kognitif dalam psikologi sosial, ia mengemukakan dua motif kuat dalam diri semua manusia, yakni : kenutuhan membentuk pengertian mengenai jagad raya yang tgerpadu, dan kebutuhan untuk mengendalikan lingkungan.
Salah satu pokok untuk memenuhi kedua motif tersebut ialah kemampuan meramalkan bagaimana manusia akan berperilaku. Jika kita tidak mampu meramalkan bagaimana orang lain akan berperilaku, maka kita akan memandang dunia secara acak, memebrikan kejutan, dan tidak terpadu. Kita tidak akan tahu apakah kita harus mengharapkan pujian atau hukuman untuk prestasi kerja kita. Begitu pula, kita harus mampu meramalkan perilaku orang lain agar dapat memperoleh tingkat kendali yang memuaskanatas lingkungan kita. Untuk menghindari kecelakaan, kita harus mampu meramalkan bahwa truk besar itu tidak akan berbelok secara tiba-tiba pada tikungan huruf U di depan kita. Untuk dapat meramalkan bagaimana orang lain akan berperilaku, kita harus mempunyai sedikit teori dasar mengenai perilaku manusia, Menurut Heider, setiap orang dan bukan hanya para psikolog saja, mencari penjelasan atasperilaku orang lain. Hasilnya ia namakan Psikologi Naif – yaitu teori umum mengenai perilaku manusia, yang dianut oleh setiap orang awam.Yang Memandang Individu sebagai psikolog amatir yang memcoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Ia mencoba menemukkan apa penyebab apa, atau siapa yang mendorong siapa melakukan apa. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa bergantung pada interpretasi kita tentang peristiwa itu. Dan teori ini berkembang pada tahun 1960-an dan 1970-an.

1.2. Dimensi Sebab – Akibat
a. tempat sebab-akibat
Heider juga mengatakan bahwa kita mengorganisasikan pikiran-pikiran kita dalam kerangka ”sebab dan akibat”. Masalah pokok paling umum dalam persepsi sebab-akibat adalah menentukkan apakah suatu tindakan tertentu menurut kesimpulan Anda disebabkan keadaan intern atau kekuatan ekstern. Maksudnya, apakah ”tempat sebab-akibat?” Misalnya Anda minta kepadawanita muda yang duduk disamping Anda di ruang kuliah untuk nonton bersama akhir minggu ini, tetapi ia menolak karena minggu ini ia sibuk sekali. Apakah inti ”sebenarnya” dari penolakkannya tersebut? Hal itu mungkin disebabkan karena beberapa keadaan intern, seperti misalnya dia tidak tertarik kepada Anda, atau dia lebih tertarik mengerjakkan hal lain. Atau bisa juga dikarenakan faktor ekstern seperti, misalnya dia memang benar-benar mempunyai tugas lain.
Agar supaya bisa meneruskan kegiatan kita dan mencocokkannya dengan orang-orang disekitar kita, kita mentafsirkan informasi untuk memutuskan penyebab perilaku kita dan orang lain. Heider memperkenalkan konsep ”Causal Attribution” – proses penjelasan tentang penyebab suatu perilaku. Dalam kehidupan sehari-hari, kita bedakan dua jenis penyebab, yaitu :
1. penyebab internal (internal causality)
merupakan atribut yang melekat pada sifat dan kualitas pribadi atau personal seperti tekanan orang lain, uang, sifat situasi sosial, cuaca dan seterusnya.
2. penyebab eksternal (eksternal causality)
terdapat dalam lingkungan atau situasi seperti keadaan hati, sikap, ciri kepribadian, kemampuan, kesehatan, preferensi, atau keinginan.
Jadi, apakah wanita muda tadi benar-benar sibuk (atribusi eksternal), atau apakah dia baru saja memutuskan bahwa dia tidak tertarik berkencan dengan Anda (atribusi intern)?. Dan yang jadi masalah utama ialah apakah harus dibuat kesimpulan intern atau kesimpulan ekstern terhadap perilaku pemberi stimulus. Pengambilan kesimpulan ekstern menguraikan sebab-akibat kepada segala sesuatu yang berada di luar orang tersebut seperti lingkungan umum, orang yang diajak berinteraksi, peranan yang dipaksakan, kemungkinan mendapat hadiah atau hukuman, keberuntungan, sifat khusus tugas, dan selanjutnya. Penyabab intern mencakup ciri kepribadian, motif, emosi, keadaan hati, sikap, kemampuan, dan usaha.

b. stabilitas atau instabilitas
Dimensi sebab-akibat (causalitas) kedua ialah apakah penyebabnya stabil atau tidak stabil. Maksudnya, kita harus tau apakah penyebab tersebut merupakan bagian menarik yang relatif permanen dari lingkungan ekstern atau pembawaan intern orang itu. Ada beberapa penyebab ekstern yang cukup stabil seperti peraturan dan undang-undang (larangan untuk menjalankan kendaraan pada waktu lampu merah menyala,m atau larangan menyakiti lengan pelempar bola beseball yang bagus di pihak lawan).
Beberapa penyebab ekstern bersifat tidak stabil : cuaca banyak sekali mempengaruhi apakah kita akan berbelanja di malam minggu atau tinggal di ruma membaca buku, namun cuaca itu banyak sekali ragamnya. Adakalanya tendangan bola dapat dikendalikan, namun adakalanya lebih mudah menendang tanpa arah. Itu berarti bahwa keberhasilan seorang pemain bola tergantung dari penyebab ekstern yang tidak stabil.
Dan penyebab intern dapat bersifat stabil maupun tidak stabil. Dengan kata lain, penyebab dapat terdiri atas berbagai kombinasi dari kedua dimensi tersebut. Sebuah gambar tipologi Weiner mengenai penugasan hasil sederhana, dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Bahwa keberhasilan atau kegagalan seorang mahasiswa dalam melakukan tugas tertentu dapat disebabkan oleh satu atau lebih dari empat kemungkinan penyebab, yaitu : kemampuan, usaha, nasib baik, dan kesulitan tugas. Dan keempat penyebab itu masuk secara serasi dalam keempat kategori, seperti ditunjukkan dalam tabel ini.

Skema Klasifikasi Bagi Penyebab Perilaku Prestasi Diamati
STABILITAS TEMPAT KENDALI SEBENARNYA
INTERN EKSTERN
Stabil Kemampuan, Bakat, Kecerdasan, Karakteristi Fisik Kesulitan Tugas
Tidak Stabil Usaha, Mood, Kelelahan Berhasil,Nasib, Ketidaksengajaan, Kesempatan
Sumber : Weiner (1974), hal.6

c. kemampuan mengendalikan
Menurut Weiner (1982), dimensi umum ketiga atribusi adalah kemampuan mengendalikan. Kita mengamati adanya beberapa kasus yang dapat dikendalikan seorang individu, sedangkan lainnya berada di luar kemampuannya. Kemampuan mengendalikan atau ketidak mampuan mengendalikan itu dapat berada- bersama dengan kombinasi tempat dari kendali dan stabilitas. Contohnya:
1. penyebab intern yang tidak stabil seperti usaha, biasanya dipandang sebagai dapat dikendalikan.Contoh, seorang mahasiswa dapat berusaha untuk belajar giat, atau memutuskan untuk tidak belajar giat.
2. Penebab intern yang stabil  seperti kemampuan  jarang dilihat sebagai dapat dikendalikan seseorang. Contoh, seorang yang ”dilahirkan sebagai jenius” atau seseorang ”dikaruniai” dan memiliki ”baka sejak lahir” dipandang tidak menguasai kemampuannya tersebu. Kadangkala, kemampuan dipandang dapat dikendalika. Beberapa orang yang sangat sukses dipandang bahwa ia telah mengembangkan kemampuannya melalui kerja keras dalam jangka waktu yang lama. Di samping itu, keberhasilan adakalanya dipandang dapat dikendalikan meskipun sering kali dianggap tidak dapat dikuasai.
Ringkasnya, mudah bagi kita untuk memikirkan kombinasi apapun dari ketiga dimensi dasar atribusi sebab-akibat.Ketiga dimensi itu merupakan dimensi yang paling masuk akal di antara berbagai atribusi sebab-akibat. Mereka juga amat sering dipergunakan untuk menjelaskan hasil. Dari telaah yang menanyakan penilaian mahasiswa terhadap prestasi rekan-rekannya, atau atas pengalaman nilai sekolah yang dicapainya ketika berada di SMA, terlihat bahwa penjelasan terhadap sebab-akibat cenderung terletak pada dimensi yang mendasarinya ini. (menurut analisis faktor yang dilakukan Meyer, 1980; dan Meyer & Koebl, 1982).

1.3. Dua Prinsip Sederhana
Bagaimana kita sampai pada suatu atribusi? Teori atribusi dimulai dengan dua prinsip sederhana, yaitu :
1. prinsip variasi bersama
Menurut Heider, prinsip variasi bersama berarti bahwa kita cenderung mencari hubungan antara pengaruh tertentu dengan penyebab tertentu di antara sejumlah kondisi yang berlainan. Jika sebuah penyebab tertentu selalu dihubungkan dengan pengaruh tertentu dalam berbagai situasi, dan jika pengaruhnya tidak terdapat karena tiadanya penyebab, maka kita memperhubungkan pengaruh tadi dengan penyebab. Penyebab selalu bervariasi bersama dengan pengaruh ; dan jika penyebab tidak ada, maka pengaruh pun tidak ada. Contoh rekan sekamar Anda marah-marah dan mengeluhkan segala sesuatu sebelum ujian, tetapi menyenangkan jika tidak ada ujian. Apakah kita menyimpulkan bahwa dia memang seorang pemarah- yaitu dia memang memiliki kepribadian pemarah? Mungkin tidak. Sebaliknya, kita akan menghubungkan keluhan-keluhannya dengan rasa tegang yang berhubungan dengan ujian, dan bukan karena dia pemarah. Kemarahannya hampir selalu diasosiasikan dengan ujian dan tidak muncul jika tidak sedang ada ujian, sehingga kita menghubungkannya dengan ujian dan bukan kepada kepribadiannya. Seperti psikolog yang naif, orang awam mengamati perilaku orang lain dan mencari pengaruh tetap yang tidak bervariasi, yang mengikuti stimulus tertentu. Dengan cara itu mereka akan sampai kepada sebuah atribusi.
2. prinsip keraguan
Prinsip pokok lain guna membuat kesimpulam sebab-akibat ialah yang disebut Kelley sebagai prinsip keraguan yaitu ”peranan penyebab tertentu untuk menghasilkan pengaruh tertentu diragukan kebenarannya jika penyebab lain yang masuk akal juga hadir” (1972, hal.8). Maksudnya, kita membaut kesimpulan yang kurang meyakinkan, dan kurang mengatribusikan pengaruhnya kepada suatu penyebab tertentu, jika terdapat lebih dari satu kemungkinan penyebab. Contoh seorang wira niaga asuransi bersikap sangat manis kepada kita dan menawarkan kopi, namun kita tidak dapat membuat kesimpulan yang meyakinkan, mengapa dia sedemikian ramahnya?. Kita dapat menyimpulkan perilakunya kepada rasa suka murni terhadap diri kita. Lebih mungkin lagi, kita meragukan kemungkinan penyebabnya dan mengatribusikan perilaku orang tadi sebagian karena dia menghendaki usaha kita. Sebaliknya, jika orang itu tahu bahwa kita tidak memiliki uang untuk membeli pois asuransi, kita tidak perlu memiliki keraguan, karena keinginan terhadap usaha kita bukan lagi merupakan penyebab yang masuk akal.

II. ATRIBUSI TENTANG DIRI SENDIRI
Salah satu hipotesis yang paling menarik dalam teori atribusi adalah bahwa orang sampai kepada persepsi keadaan intern mereka sendiri dengan cara yang sama dengan jika mereka sampai pada persepsi tentang keadaan orang lain. Gagasan ini berasal dari asumsi umum bahwa emosi, sikap, ciri, dan kemampuan kita seringkali tidak jelas dan meragukkan kita sendiri. Kita harus menyimpulkannya dari perilaku terbuka kita dan persepsi kita tentang paksaan lingkungan di sekitar kita.
Pendekatan tersebut menyatakan bahwa dalam persepsi diri sendiri, seperti halnya persepsi terhadap orang lain, maka kita mencari asosiasi penyebab-akibat tetap serta menggunakan prinsip keraguan untuk membagi tanggung jawab tentang berbagai sebab yang masuk akal. Jika kita mempersepsikan paksaan ekstern yang kuat mendorong untuk sampai ke atribusi situasional. Andakata kita terdapat paksaanekstern yang jelas, kita mengasumsi bahwa atribusi disposisional akan lebih cepat. Pendekatan ini telah banyak mendorong diadakannya riset tentang persepsi diri sendiri atas sikap, motivasi, dan emosi.

2.1. Sikap

Sudah sejak lamapara psikolog mengasumsikan bahwa orang menilai sikap mereka sendiri melalui introspeksi, yaitu dengan meninjau kembali berbagai kognisi dan perasaan secara sadar.

2.2. Motivasi
Gagasan yang sama telah diterapkan terhadap persepsi diri akan motivasi. Gagasannya adalah bahwa pelaksanaan tugas demi penghargaan tinggi, akan menjurus kepada atribusi eksternal yaitu, saya melakukannya karena telah dibayar tinggi untuknya. Melaksanakan tugas yang sama dengan penghargaan rendah akan menjurus kepada atribusi intern yaitu saya tidak seyogianya telah melakukannya demi sedikit uang tersebut, sehingga saya harus sudah melakukannya karena saya benar-benar menikmatinya. Hal ini akan menjurus kepada ramalan paradoksal bahwa penghargaan rendah akan menjurus ke minat intrinsik yang amat besar akan suatu tugas karena orang tersebut mengartibusikan pelaksanaan tugas tadi dengan minat intrinsik, dan bukan dengan penghargaan ekstrinsik. Dengan kata lain, pembenaran berlebihan untuk terlibat ke dalam suatu aktivitas akan merongrong minat intrinsik akan aktivitas tersebut.
Penghargaan adakalanya menimbulkan akibat yang tidak diinginkan, yaitu : penghargaan itu dapat menjauhkan orang secara aktual dari segala aktivitas yang mungkin akan mereka nikmati, dan bukannya memberikan dorongan. Hukuman pun dapat membuat aktivitas terlarang kelihatan lebih menarik, meskipun bukti mengenai hal ini lebih sedikit jumlahnya.

2.3. Emosi
Para ahli teori tradisional tentang emosi menyatakan bahwa kita mengenal apa yang kita rasakan dengan mempertimbangkan keadaan fisiologis kita sendiri, keadaan mental kita, dan stimulus ekstern yang menyebabkan keadaan tersebut. Namun, bukti terakhir menunjukkan bahwa berbagai reaksi emosional secara biokimia serupa. Kita dapat membedakan rangsangan tinggi dari rangsangan rendah, tapi tidak dapat membedakan berbagai jenis emosi. Sebagai contoh, sukar sekali membedakan berbagai jenis emosi. Sebagai contoh, sukar sekali membedakan antara rasa cemburu yang berlebihan dari rasa cinta yang besar. Oleh karenanya, kita memerlukan informasi lain guna mengidentifikasikan emosi kita.
Stanley Schacter (1962) telah mengambil pendekatan persepsi-diri-sendiri berdasar emosi. Ia menyatakan bahwa persepsi terhadap emosi kita tergantung dari :
1. Tingkat rangsangan fisiologik yang kita alami dan
2. Ciri kognitif yang kita terapkan seperti ”marah” atau ”senang.”
Untuk sampai kepada ciri kognitif, kta meninjau perilaku kita sendiri serta situasinya. Jika secara fisiologik kita terangsang dan mentertawakan pertunjukkan komedi di televisi, maka dapat kita simpulkan bahwa kita merasa senang. Jika kita membentak seseorang karena dia telah mendorong kita dijalan yang padat, maka dapat kita simpulkan bahwa kita marah. Pada setiap kasus, perilaku dan interpretasi kita tentang keadaan akan melengkapi kita dengan ciri kognitif yang memungkinkan kita untukmenginterpretasikan pengalaman intern kita mengenai rangsangan emosi. Seperti teori Bem tentang teori persepsi-diri-sendiri, segi pandangan in kembali menekankan sifat meragukan dari keadaan intern, dan karena itu persepsi-diri-sendiri sangat bergantung dari persepsi atas perilaku yang timbul dan lingkungan ekstern.

III. ATRIBUSI TENTANG ORANG LAIN
Prinsip-prinsip teoritis ini biasanya diterapkan pada atribusi tentang mengatribusikan perilaku orang lain. Pertanyaan yang paling pokok adalah sebagai berikut :
• Bilakah kita menarik kesimpulan bahwa tindakan orang lain mencerminkan pembawaan sejati seperti ciri, sikap, keadaan hati, atau keadaan intern lainnya?
• Bilakah kita menyimpulkanbahwa orang lain sesuai dengan situasi eksternnya?Atau guna lebih menempatkannya secara kontras.
• Bilakah kita membuat kesimpulan pembawaan yang bertentangan dengan kesimpulan situasional?
Kita tahu bahwa orang tidak selalu melakukan atau mengatakan apa yang diyakininya. Seorang tawanan perang mungkin akan mengatakan hal-hal yang bertentangan dengan sikapnya yang sebenarnya. Atau, seorang pemudabarangkali akan gembira dan bahagia di sekolah setelah semalam ia ditinggal pergi pacarnya. Sebaliknya, adakalanya tawanan perang mengungkapkan kecaman yang murni keluar dari hatinya terhadap rencana penyerangan negaranya. Hal ini pasti terjadi di Vietnam pada beberapa serdadu Amerika dan penerbang. Dan pemuda tadi mungkin merasa lega sejati karena hubungan dengan pacarnya selama ini membuatnya tertekan. Jadi, bagaimana kita dapat membedakan bilakah tindakan seseorang itu benar-benar merupakan cerminan sikap internnya atau merupakan ciri lain?
Prinsip keraguan menyatakan bahwa terlebih dahulu kita harus mempertimbangkan apakah paksaan ekstern yang mungkin akan mengarahkan seseorang untuk salah menempatkan sikapnya yang sejati atau tidak. Contohnya, apakah seseorang mengarahkan senjatanya ke kepala orang tersebut? Jika demikian, dapat dibuat atribusi ekstern. Tidak terdapatnya paksaan ekstern masuk akal semacam itu., Penyebab ekster tetap akan meragukkan sifatnya, dan harus dibuat atribusi intern, yakni : orang tersebut harus benar-benar bersikap sesuai dengan perkataannya.















DAFTAR PUSTAKA

Rakhmat, J. 2005. Psikologi Komunikasi, Edisi revisi. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Sears, D.O., Freedman, J.L, Peplau, L.A. 1991. Psikologi Sosial. Jilid 1 & 2. (terjemahan). Jakarta : Penerbit Erlangga