Rabu, 24 Maret 2010

TEKNOLOGI, KOMUNIKASI, DAN KAPITAL (Refleksi Atas Perkembangan Industri Media di Indonesia)

I. Teknologi bersifat netral dan apolitis??
Apakah ada teknologi yang bersifat netral dan apolitis? Menurut Ignatius H bahwa teknologi tidak ada yang bersifat netral dan apolitis karena setiap pilihan atas teknologi tertentu yang hendak dikembangkan dalam masyarakat, semua adalah pilihan-pilihan politis. Pada karya John Street, Politics & Technology (1992) bahwa problem antara teknologi dan politik (serta juga komunikasi), sangatlah dekat. Hubungan antara teknologi dan politik ini bisa digambarkan bahwa perubahan teknologi akan bisa memberikan dampak dramatis terhadap bagaimana politik dan komunikasi dilaksanakan, terutama terhadap isu-isu menjadi agenda politik (serta komunikasi) dan juga berbagai kepentingan yang bermain dalam arena politik (dan komunikasi).
Banyak teknologi dikembangkan dan diciptakan awalnya oleh dunia militer sebelum kemudian diambil alih oleh dunia industry dan menjadi komoditas utama yang dikonsumsi masyarakat saat ini. Kekuasaan militer jugalah yang menjadi penyebab perkembangan awal Dalam sejarah ilmu komunikasi di Amerika. Sejumlah teoritisi komunikasi Amerika, adalah mereka-mereka yang bekerja untuk aneka instansi pertahanan Amerika pada masa Perang Dunia II dan masa Perang DIngin decade 1960-an.

II. Era Konvergensi
Sekarang ini, kita hidup dalam era konvergensi media dengan segala keributan. Dengan singkat Jenkis menyebutkan, era konvergensi media ini adalah era dimana “berita-berita penting disebarkan, produk-produk unggulan dipasarkan, dan para konsumen dilayani lewat aneka channel media”. Maka kita akan berbicara tentang audiens media, sifat interaktif menjadi makin menonjol dan mensyaratkan orang untuk mau aktif mencari apa yang ia butuhkan, dan mencari akses dari aneka jenis media yang tersedia. Ini ada pergeseran budaya untuk konsumen media yang membuat mereka tidak lagi pasif dan menunggu saja apa yang dapat pada dirinya. Audiens kini harus menjadi lebih aktif.
Sebenarnya kondisi ini bukanlah suatu hegemoni total, tetapi masih ada ruang tersedia untuk terjadinya suatu yang diistilahkan oleh Thussu sebagai “global media flow versus contra flow”, yaitu arus balik informasi atau produk industry media lain yang datang tak semata-mata dari pusat-pusat kegiatan ekonomi dunia, tetapi juga datang dari Negara-negara dunia ketiga, atau Negara-negara industry baru yang mulai menancapkan pengaruhnya dalam kancah dunia global. Artinya masih ada perlawanan yang bisa dilakukan atas dunia yang terhegemoni ini. Bearti masih ada ruang untuk melakukan kreasi atau bahkan secara subversive melakukan tindakan-tindakan yang menyalahi dari tujuan dasar terciptanya teknologi tersebut.
Kita melihat betapa industry telekomunikasi berkembang dengan pesat, sementara industry media pun berkembang dengan demikian pesat. Konvergensi disini menjadi kata kuncinya. Namun disisi lain inilah situasi yang disebut sebagai industry media yang terkonsentrasi ditangan sejumlah kecil pemilik (grup besar seperti Jawa Pos Group, Kompas Gramedia Group, MNC, dan beberapa lain).

III. Content Industri Media
Content dari industri media saat ini, baik yang berbasiskan informasi ataupun hiburan (termasuk infotainment tentang kehidupan para artis) adalah tulang punggung dari industri ini. Industri media sekarang makin terintegrasi antara media cetak, media televisi, media cyber, industri musik rekaman, industri film, dan juga industri buku. Apa isi dari siaran televisi kita? Sinetron mengharabiru yang berpanjang-panjang, dengan cerita yang sering tak logis, terlalu lebay. Belum lagi dengan infotainment, reality show yang dibuat-buat, tayangan investigasi yang pakai skrip, dan aneka isi lainnya.
Perkembangan teknologi yang ada utamanya dikuasai oleh para pemodal, karena teknologi yang advance mahal harganya, dan untuk itu jenis teknologi tertentu melakukan seleksi untuk memilikinya, mengaksesnya dan mengembangkannya. Untuk bisa mengembalikan modal atas teknologi maka diperlukan banyak cara untuk menarik pemasukkan : dari sisi penjualan, sisi periklanan, atau cara lain yang bisa membuat biaya bisa seimbang. Oleh karena itu, kunci untuk produksi acara ditelevisi madalah bagaimana membuat tayangan dengan biaya rendah, namun menghasilkan iklan yang tinggi. Hasilnya apa? Infotainmentpara artis, reality show, games-games, talkshow, dan aneka tayangan berbayar. Utamanya industri televisis adalah industri hiburan, industri pertunjukkan (show business) Blood, tears, and sex adalah rumusnya yang gampang untuk menghasilkan tayangan televisi.

IV. New Media
Kekuatan dari sebuah media komunikasi naru yaitu, situs jejaring sosial yang ternyata bisa mewujud menjadi suatu kekuatan masyarakat luas (people power), utamanya dalam dua kasus besar : dukungan atas pembebasan 2 anggota Komisi Pemberantasan Korupsi, dan sumbangan berbentuk koin kepada Prita Mulyasari yang dihasilkan via Facebook ataupun Twitter. Inilah peran teknologi informasi yang didalamnya menyi mpan aneka potensi. Namun momen teknologi disini telah ”dibenargunakan” untuk kepentingan perhatian masyarakat atas isu-isu keadilan yang menyentuh kepentingan publik.
Inilah contra-flow sebagaimana dirujuk dari pengerti Thussu di atas, bahwa teknologi yang dipergunakan untuk kepentingan diluar maksud awal si penciptanya. Dan teknologi macam begini bisa sangat subversif, atau kita membutuhkan para innovator lain yang menghasilkan teknologi-teknologi murah, tetap guna untuk kepentingan masyarakat.

V. Kesimpulan
Dalam berbicara komunikasi kita kembali diingatkan pada esensi manusia berkomunikasi, yaitu membina hubungan antara satu orang dengan orang lain. Atau berkomunikasi secara sosial ini ditujukan untuk semakin memuliakan manusia. Komersialisasi secara komunikasi sosial, perkembangan teknologi, tetap harus diwaspadaidan dilihat dengan cermat. Teknologi tertentu berguna untuk manusia, tetapi jika teknologi sudah tercampur dengan kepentingan kapital maka kita melihat manipulasi-manipulasi yang dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar