Sabtu, 22 Mei 2010

Budaya Massa Dan Budaya Populer

Budaya Massa Dan Budaya Populer
Dian Febriani

Signifikansi sosial budaya populer dipetakan berdasarkan bagaimana budaya populer itu diidentifikasi melalui gagasan budaya massa. Lahirnya media massa maupun semakin meningkatnya komersialisasi budaya dan hiburan telah menimbulkan berbagai permasalahan, kepentingan sekaligus perdebatan yang masih ada sampai sekarang. Perkembangan gagasan budaya massa, dipandang sebagai salah satu sumber historis dari tema-tema maupun perspektif-persepektif yang berkenaan dengan budaya populer. Hal ini bukan berarti bahwa perdebatan soal budaya massa mempresentasikan sesuatu yang benar-benar baru. Perkembangan gagasan budaya populer terkait dengan perselisihan atas makna dan interpretasi yang mendahului menjadi tampak menonjol dalam perdebatan soal budaya massa. Ada 3 tema atau argumen saling terkait yang menjadi inti teori budaya populer :
1. Apa atau siapa yang menentukkan budaya populer.
2. Berkenaan dengan pengaruh komersialisasi dan industrialisasi terhadap budaya populer.
3. Menyangkut peran ideologi budaya populer.
Yang melahirkan konsep masyarakat massa sebagai salah satu perspektif penting dalam peranan media massa dan budaya massa didalam masyarakat kapitalis modern. Teori masyarakat massa merujuk pada konsekuensi-konsekuensi yang mengganggu dari proses industrialisasi dan urbanisasi yang ada dibalik kelahiran masyarakat massa dan budaya massa. Sebagai usaha mendefinisikan secara tepat apa yang dimaksud dengan konsep budaya massa, teori tersebut mengatakan bahwa industrialisasi dan urbanisasi berfungsi menciptakan apa yang disebut sebagi ”atomisasi” yang berarti bahwa sebuah masyarakat massa terdiri atas orang-orang yang hanya bisa berhubungan satu sama lain seperti atom dalam sebuah senyawa fisika atau kimia, yaitu orang-orang yang kurang memiliki hubungan satu sama lain yang bermakna dan koheren secara moral.
Individu-individu didalam masyarakat massa dibiarkan berbuat sesuka hatinya, semakin sedikit memiliki komunitas atau institusi untuk menemukan identitas atau nilai-nilai untuk hidup, cara hidup yang layak secara moral, karena disebabkan oleh proses yang memunculkannya, tidak bisa memberikan solusi yang tepat dan efektif bagi permasalahan-permasalahan tersebut. Proses atomisasi ini intinya adalah runtuhnya organisasi-organisasi seperti desa, keluarga, dan gereja yang memberikan suatu identitas sosial, perilaku sosial dan kepastian moral bagi individu. Sebaliknya organisasi modern seperti kota dan ilmu pengetahuan tidak bisa melahirkan identitas yang mendefinisikan perilaku maupun moralitas kekinian. Sehingga jika tidak ada kerangka aturan moral yang memadahi, warga masyarakat tidak memiliki nilai moral yang aman, maka yang akan muncul adalah aturan palsu dan tidak berguna, dan akhirnya warga akan berpaling dari moralitas pengganti dan palsu.
Budaya massa memainkan peranan dalam artian budaya massa itu dipandang sebagai salah satu sumber utama suatu moralitas pengganti dan palsu. Tanpa adanya organisasi perantara yang memadahi individu rentan terhadap manipulasi dan eksploitasi dari lembaga-lembaga utama seperti media massa dan media populer. Teori masyarakat massa merupakan salah satu upaya untuk menunjukkan adanya potensi yang terbuka bagi propaganda massa, potensi bagi kaum elite dalam memanfaatkan media massa untuk membujuk, mempersuasi, memanipulasi, dan mengeksploitasi orang kebanyakan secara lebih sistematis dan merata dibandingkan sebelumnya. Dan yang terjadi adalah bahwa mereka mengendalikan kaki tangan lembaga-lembaga kekuasaan atas selera massa untuk mengendalikan mereka.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa budaya massa adalah budaya populer yang dihasilkan melalui teknik-teknik industrial produksi massa dan dipasarkan untuk mendapatkan keuntungan kepada khalayak konsumen massa . Budaya massa juga budaya populer yang diproduksi untuk pasar massal. Dan ciri konsepsi budaya massa adalah bahwa budaya massa mempresentasikan suatu budaya yang turun nilainya, remeh, hanya dipermukaan, artifisial, dan baku, sebuah kebudayaan yang menyedot kekuatan budaya rakyat dan budaya tinggi, serta menantang penilaian intelektual selera kultural.
Teori budaya massa ada kaitannya dengan proses Amerikanisasi. Meskipun tidak terpadu didalam setiap versi teori. Bahwa teori massa dapat mengakomodasi gagasan bahwa demokrasi dan pendidikan merupakan perkembangan yang merusak karena telah memberikan kontribusi bagi pembentukkan patologis sebuah masyarakat massa. Hal ini sangat relevan dengan perdebatan soal Amerikanisasi. Budaya populer Amerika yang dipandang membungkus semua kesalahan dalam kaitannya dengan budaya massa. Karena budaya massa dianggap muncul dari produksi massa dan konsumsi komoditas kultural, maka relatif mudah untuk mengidentifikasi Amerika sebagai pusat budaya massa karena masyarakat kapitalis yang sangat erat kaitannya dengan proses-proses tersebut. Dengan dampak demokrasi dalam memecah-mecah hierarki tradisional kelas dans elera, membiarkan ”massa” atau ”masyarakat awam” menentukkan putusan-putusan politik, menjadi mayoritas, dan dalam memastikkan reduksi semua persoalan saat itu sampai pada sebutan persamaan terendah yang menunjukkan bahwa demokrasi dan pendidikan dalam hal ini merupakan suatu gambaran yang sangat bermanfaat. Disinilah arti penting populisme Amerika dan konsekuensi demokrasi dan pendidikan.


Sumber : Strinati, Dominic, 2009, Popular Culture: Pengantar Menuju Teori Budaya Populer, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, hlm. 1 - 91

Tidak ada komentar:

Posting Komentar