Sabtu, 22 Mei 2010

Teori Propaganda

Uraian mengenai teori propaganda dari Edward S. Herman dan Noam Chomsky adalah :
Menurut Herman dan Chomsky (2002), media dilihat sebagai agen yang mempropagandakan nilai-nilai tertentu untuk didesakkan kepada publik. Pada model propaganda ini, fokusnya adalah pada perbedaan antara kekayaan dan kekuatan juga berbagai efek media massa yang bersifat multilevel dari berbagai kepentingan dan pilihan. Dalam model teori propaganda ini menggambarkan adanya filter (penyaring) yang mempresentasikan kekuatan politik yang ada. Informasi yang disajikan oleh media telah disaring oleh beberapa filter yang antara lain ada 5 yaitu :
1. Filter pertama : Ukuran, Kepemilikan dan Orientasi Profit dari media
Media mempunyai keterkaitan jaringan kepemilikan dengan institusi ekonomi lainnya (koorporasi, begara, bank dsb). Media yang dominan dikuasai oleh sedikit orang. Mereka yang menguasai media juga mempunyai kepemilikan pada bidang bisnis atau politik lain akibatnya media dikontrol oleh sedikit orang (Herman and Chomsky, 2002: 3-14).
2. Filter kedua : Pengiklan
Pengiklan mempengaruhi isi media secara langsung ataupun tidak langsung. Isi media merefleksikan perspektif dan kepentingan dari penjual, pembeli dan produk. Dan iklan adalah sumber utama bahkan bagi media. Seperti Televisi dan radio, hampir 100% pendapatan berasal dari iklan. Sementara untuk media cetak, antara 50-75% pendapatan berasala dari iklan.
3. Filter ketiga : Sumber Media
Media massa memerlukan sumber berita (narasumber). Sumber berita tersebut bisa orang yang mengetahui fakta (kejadian), bisa juga orang yang dianggap otoritatif dalam menjelaskan suatu peristiwa. Tanpa narasumber, berita media massa bisa menjadi sekedar rumor. Dan sumber berita penting untuk dua hal : pertama, kredibilitas berita, semakin sulit narasumber diraih, semakin prestise suatu berita. Kedua, media bisa mengklaim berita yang dihasilkan “objektif”. (Herman and Chomsky, 2002:19).
4. Filter keempat : Flak
Flak merujuk pada respon negatif pada program atau institusi media. Bisa berupa surat, petisi, telepon, gugatan hukum, dan bentuk-bentuk komplain dan protes lainnya (Herman and Chomsky, 2002:26). Flak bisa muncul secara sporadis tetapi bisa juga terorganisir oleh korporasi atau kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat.
5. Filter kelima : Ideologi Anti komunisme
Filter ini dipahami sebagai ideologi yang membantu memobilisasi dukungan publik dalam melawan “musuh bersama”. Ideologi dan musuh bersama tersebut menyatukan media dan pandangan publik.

B) Analisis pemberitaan media dalam kasus sengketa Ambalat antara Indonesia dan Malaysia dengan menggunakan teori propaganda yaitu :
Bahwa media di Indonesia memberitakan peristiwa Ambalat ini sebagai bentuk kecongkakkan Malaysia, ancaman kedaulatan Indonesia atau pencurian wilayah Indonesia oleh Malaysia. Dalam hal ini media di Indonesia tidak segan-segan kerap ”menganjurkan” atau mempropagandakan baik kepada publik maupun pemerintah untuk perang terbuka kepada Malaysia dibandingkan dengan membawa kasus ini kemeja perundingan Internasional. Melihat media sebagai agen yang mempropagandakan nilai-nilai tertentu untuk didesakkan ke publik, propaganda ini menggambarkan adanya informasi yang difilter atau disaring karena mempresentasikan adanya kepentingan dan kekuatan ekonomi politik yang ada yaitu seperti yang disebutkan oleh Edward S. Herman and Noam Chomsky dalam bukunya yang berjudul Manufacturing Consent : The Political Economy of Mass Media, dalam kasus sengketa Ambalat ini, informasi yang disajikan telah disaring dengan 2 filter yang mempresentasikan adanya kepentingan dan kekuatan ekonomi politik yang antara lain adalah :
1. Filter Pengiklan  Iklan yang sebagai sumber utama bagi media, maka media mengarahkan isi media ke arah ekonomi politik karena dengan pemberitaan yang sensasional ataupun propaganda ke publik maka akan banyak publik yang menonton ataupun membaca informasi tersebut, hal ini terkait pada angka rating terhadap media tersebut. Oleh sebab itu, pengiklan pun akan tertarik untuk mengiklankan programnya ke program tersebut.
2. Filter Ideologi Anti Komunisme  Karena filter ini dipahami sebagi ideologi yang membantu memobilisasi dukungan publik dalam melawan ”musuh bersama” dalam kasus sengketa Ambalat ini, ideologi dan musuh bersama itu adalah komunisme, yang pada kasus itu adalah Malaysia.

C) Kelemahan-Kelemahan Teori Propaganda
Pada teori propaganda ini, media dilihat sebagai agen yang mempropagandakan nilai-nilai tertentu untuk didesakkan kepada publik, tidak lagi mempunyai independensi karena media menjadi milik pribadi dan penyesoran tak berjalan dengan sesuai. Sehingga sering terjadi monopoli media dan sensorship media yang hanya menguntungkan para elit yang mendominasi negeri. Dan model propaganda ini fokusnya hanya pada perbedaan antara kekayaan dan kekuatan juga berbagai efek media massa yang bersifat multilevel dari berbagai kepentingan dan pilihan. Model ini menemukan bahwa uang dan kekuatan dapat saja menjadi filter dalam penyaringan News dan informasi yang akan dilayang pada khalayak, sehingga mengesampingkan penolakan, mengizinkan pemerintah atau para elit untuk mendapatlkan pesan melalui publik.
Dan informasi yang diterima publik pun telah disaring beberapa filter oleh media, yang disebabkan karena pemfilteran dari segi ukuran, kepemilikan, dan orientasi keuntungan media massa; sumber pendapatan dari iklan yang menjadikan hal tersebut menjadi bisnis; sumber informasi media massa yang narasumber sulit diraih sehingga prestise suatu berita semakin meningkat; flak dalam pelaksanaannya, maka informasi atau News tersebut sudah tidak objektif lagi karena sudah adanya intervensi dari kelompok atau kalangan yang berkepentingan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar